Jumat, 05 April 2019

Editing Dalam Karya Tulis Ilmiah


Hakikat Editing
Penyuntingan merupakan proses atau kegiatan untuk memperbaiki naskah karya tulis dari segi teknis bahasa. Penyuntingan bertujuan untuk menghasilkan karya ilmiah yang siap dibaca, mudah dipahami, menarik, dan lebih enak dibaca.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), editing (mengedit) adalah:
Mempersiapkan naskah yang siap cetak atau siap terbit (dengan memperhatikan terutama segi ejaan, diksi, dan struktur kalimat), makna ini sering diterjemahkan menjadi menyunting.
Merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah).
Menyusun (film, pita rekaman) dengan memotong dan memadukan kembali.
Orang yang melakukan pengeditan (mengedit) disebut editor. Secara umum, proses editing pengeditan atau penyuntingan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
Penyuntingan secara redaksional
Menurut cara ini, editor memeriksa setiap kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu (memilki ejaan yang benar, mempunyai arti, dan enak dibaca). Proses editing ini mencakup kegiatan-kegiatan seperti memperbaiki kesalahan ejaan (tanda baca, tata bahasa, angka, nama, alamat, dan sebagainya), menyesuaaikan gaya bahasa dengan gaya surat kabar bersangkutan dan mengetatkan tulisan (meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat dengan tidak mengubah makna kumpulan kalimat sebelumnya). Tujuan akhir proses editing jenis ini adalah agar tulisan tidak hanya memiliki ejaan yang benar dan arti yang jelas, tetapi juga enak dibaca.
Penyuntingan secara substansial
Yaitu editor memperhatikan data dan fakta agar tetap akurat dan benar. Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam proses pengeditan jenis ini adalah:
a. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual.
b. Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk memperbaiki.
Menghindari unsur-unsur seperti penghinaan, ambiguitas dan tulisan yang memuakkan (bad taste).
Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, misal anak judul atau sub judul.
Menulis judul yang menarik.
Memberikan penjelasan tambahan untuk gambar atau tabel.
Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak menutup kemungkinan masih terdapat kesalahan redaksional dan substansial.
Tujuan proses pengeditan tipe ini adalah tidak hanya untuk membuat tulisan menjadi mudah dimengerti, tetapi sistematika tulisan secara keseluruhan tetap terjaga.
Tujuan Penyuntingan
Dalam tahap penyuntingan ini juga mempunyai tujuan yaitu:
Melengkapi data yang dirasa masih kurang.
Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok dengan pokok bahasan karya tulis ilmiah.
Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian bahan-bahan serta berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu dengan yang lain.
Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya tulis ilmiah untuk menghindari pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan kata, menyesuaikan kalimat, penyesuaian paragraf, maupun penerapan paragraf, maupun penerapan kaidah ejaan sesuai EYD.
Editing Isi/ Materi/ Gagasan
Ketika dalam proses penulisan naskah ada kemungkinan terdapat ide yang tercecer, ada pemikiran yang terputus, dan ada uraian yang tidak relevan. Maka dalam penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi naskah dan tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun lay out-nya.
Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain. Hubungan antar-kalimat dan antar-alinea mestinya merupakan mata rantai pemikiran yang sambung-menyambung.
Penyuntingan terhadap isi karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara pengurangan, penggantian, dan penambahan isinya yang relevan dengan topik dan tema kajiannya. Pengurangan terhadap isi/materi/gagasan bila memang dianggap tidak relevan dengan topik kajiannya. Kemudian mengantinya dengan suatu topik yang sedang dibahas. Kalau kemungkinan ada sumber lain yang lebih aktual dan akurat, seorang penulis dapat saja menambahkan isi/ materi/gagasan  itu untuk melengkapinya, misalnya grafik, tabel, gambar, atau data lain yang dianggap perlu.
Setelah penyuntingan isi ini dianggap selesai, barulah dilakukan penyuntingan sistematika penulisan. Sebab, bisa jadi ketika menulis naskah tidak terfikirkan sistematika penulisan. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah cara-cara penulisan pendahuluan, latar belakang, pembahasan, penutup, dan lainnya sesuai jenis tulisannya.
Dalam tahap penyuntingan isi/materi/gagasan, ada beberapa bagian naskah yang perlu diperiksa dan diperbaiki meliputi antara lain:
Organisasi naskah: menyusun ulang, menambah atau meringkasnya.
Perlunya argumentasi atau dasar teori untuk mendukung gagasan.
Ilustrasi untuk mempertegas dan memperkuat gagasan.
Pengurutan penomoran bab, subbab, dan anak subbab, lampiran, tabel, serta gamba
Judul, bab dan subbab.
Abstrak
Kesesuaian sumber acuan dalam uraian naskah dengan daftar pustaka, perlu ditambah atau dikurangi.
Editing Paragraf
Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan berpengaruh pada kepadatan paragraf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar paragraf, ada yang tebal dan ada yang tipis. Paragraf yang tidak berimbang tebal atau tipisnya dapat mempengaruhi nilai estetika buku. Dengan demikian penyuntingan berikutnya harus diarahkan terhadap bentuk idealis paragraf. Paragraf yang tipis harus diseimbangkan dengan paragraf yang mencapai ketebalan standar hingga semua ketebalan paragraf dianggap relatif seimbang. Ketebalan ideal sebuah buku dengan kertas ukuran A4 terdiri dri 3-4 paragraf.
Untuk menjadikan paragraf yang baik perlu diperhatikan hal-hal yang harus dihindari dalam paragraf, menurut Nursisto ada tiga hal yang harus dihindari dalam paragraf, antara lain:
Paragraf tidak boleh terlalu panjang
Paragraf adalah konsentrasi pikiran. Paragraf yang terlalu panjang akan menghilangkan konsentrasi pembaca ketika mengikuti jalan berpikir pengarang yang dituangkan dalam sebuah karangan. Panjang pendeknya sebuah paragraf, seperti juga panjang pendeknya sebuah kalimat tergantung sepenuhnya pada isi pikiran atau gagasan pokoknya.
2.  Paragraf harus menghindari kalimat sumbang
Kalimat sumbang adalah kalimat yang tidak ada sangkut pautnya dengan inti permasalahan dalam paragraf. Kalimat sumbang dalam suatu paragraf tidak ubahnya merupakan selipan kata yang lepas dari konteks. Oleh karena itu, kalimat sumbang harus dikeluarkan dari paragraf.
Paragraf tidak boleh mengandung lebih dari satu kalimat topik
Paragraf yang baik hanya mengandung satu kalimat topik sebab kalimat topik bertugas memberitahukan kepada pembaca gagasan pokok yang akan dibicarakan dalam paragraf yang dimaksud. Jika dalam suatu paragraf terdapat lebih dari satu kalimat topik, kalimat topik yang satu harus dijadikan paragraf baru.
Contoh paragraf yang diangkat dari Alwi (2001).
Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. Ia tidak tahu-menahu mengapa desanya itu dinamai desa Kedunggalar. Ia tidak tahu-menahu mengapa Sangkanurip kini mengering. Ia juga tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu sampai di desa itu. Mesti sudah uzur Mbah Marto masih gesit dan cekatan. Begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, ia sudah memanggul pangkur menuju ladangnya. Ia terus menggayun pangkurnya, membongkar tanah liat yang sudah mengeras oleh musim kemarau yang panjang.
Paragraf diatas tidak dapat disebut sebagai sebuah paragraf yang baik karena di dalamnya terdapat dua ide pokok atau gagasan pokok, yaitu pertama tentang Mbah Marto yang tidak tahu tentang desa kelahirannya, dan kedua tentang Mbah Marto yang masih gesit dan cekatan. Oleh karena itu paragraf tersebut harus dipecah menjadi dua paragraf.
Editing Ragangan (Outline)
Ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan subtopiknya. Sistematika ragangan berkaitan dengan urut-urutan dan letak subtopik pembahasan yang akan ditulis. Ragangan yang tidak sesuai dengan isi/ materi/ gagasan dalam karya tulis ilmiah masih bisa dibongkar pasang untuk menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau buku yang sudah di setting sejak awal boleh saja diganti sesuai dengan tema yang telah disajikannya.
Ragangan dapat saja diubah saat penulisan sedang berjalan atau nanti di akhir penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti atau menambahkan sesuai dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang sudah ditulis sejak awal penulisan harus disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam isi/ materi/gagasan dalam buku. Pertimbanganya akan lebih mudah mengganti ragangan daripada harus menulis ulang tema kajiannya. Editing ragangan yang terbaik adalah saat finalisasi penulisan, sekaligus dalam menetukan halaman pada daftar isi.
Editing Kebahasaan
Editing  atau penyuntingan terhadap bahasa mutlak diperlukan kalau karya tulis ilmiah itu akan diterbitkan. Penyutingan berkaitan dengan penghurufan, penomoran, pelambangan, ejaan dan tanda baca. Hal ini dapat dipelajari tentang pengunaan EYD. Editng  kebahasaan mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk standardisasi sebuah karya tulis ilmiah. Hal ini sangat diperlukan dalam memberikan bobot atas karya tulis ilmiah. Selain itu juga, bahasa dapat menjadi pemanis dalam menambah daya tarik pembaca. Namun demikian, untuk penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu menggunkan bahasa seindah puisi atau sajak. Kebahasaan yang dimaksudkan di sini adalah berdasarkan kaidah tata bahasa yang berlaku. Fungsi lain dari ketatabahasaan juga untuk mempercepat pemahaman pembaca terhadap sebuah karya tulis ilmiah yang tersusun dari kata, kalimat dan paragaf. Perangkat kebahasaan dipersiapkan untuk mempermudah penulisan karya tulis agar lebih efektif.
Penyuntingan bahasa naskah menyangkut kaidah bahasa sesuai dengan bahasa yang digunakan dalam tulisan (bahasa Indonesia, Inggris, Arab, Mandarin, dan lain-lain). Kaidah bahasa meliputi:
Struktur (tata bahasa) yang menyangkut  bentuk kata dan kalimat.
Diksi (pilihan kata).
Ejaan yang dipakai (tata tulis sesuai dengan pedoman yang berlaku seperti singkatan dan akronim, ketepatan tanda baca, pemenggalan kata, penulisan satuan dengan angka, dan sebagainya).
Dalam aplikasinya, penyuntingan isi/substansi dan bahasa naskah dapat dilakukan bersama-sama atau sekaligus jika penulis memiliki kemampuan di bidang keilmuan sekaligus bahasanya. Sebab, bukankah perubahan substansi naskah juga akan mengubah bahasa? Kekurangmampuan di bidang bahasa bisa jadi akan mengakibatkan isi naskah menjadi bias maknanya, tidak seperti yang dimaksudkan, atau bahasa menjadi tidak efektif. Jika kurang memiliki kemampuan bahasa, maka penulis dapat meminta bantuan ahli/ penyunting bahasa (Copy Editor) untuk menyunting bahasanya.
Berikut diberikan contoh cara penyuntingan karya ilmiah. 
Kondisi tersebut diatas merupakan realita yang tidak terelakan, hal itu merupakan akibat dari perubahan jaman, dan manusia belum siap dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Hal ini juga disayangkan karena kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga belum terselesaikan dengan baik, hal tersebut dapat disebabkan dari korban itu sendiri, keluarganya, dokter atau perawat, serta orang yang menolongnya memilih untuk tutup mulut untuk kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan. Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga sangatlah bervariasi, kekerasan tersebut dapat berupa secara fisik baik yang ringan sampai yang paling berat, bahkan dapat menimbulkan kematian pada korbannya. Selain kekerasan fisik juga terdapat kekerasan psikis terhadap perempuan.
(Dikutip dari makalah LKTI “Perlindungan Hukum terhadap Perempuan pada Kekerasan dalam Rumah Tangga” karya Diah Amini dan Budi Akhyaningsih, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2005).
Setelah dilakukan penyuntingan, paragraf di atas dapat diubah dan diperbaiki menjadi sebagai berikut.
Kondisi di atas merupakan realita yang tidak terelakkan. Hal itu merupakan akibat perubahan zaman, sedangkan sebagian masyarakat belum siap menghadapi perubahan-perubahan. Sungguh disayangkan, bahwa kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga belum terselesaikan dengan baik. Hal tersebut dapat disebabkan oleh korban itu sendiri, keluarganya, dokter atau perawat, serta orang yang menolongnya memilih untuk tutup mulut demi kepentingan pihakpihak tertentu. 
Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga sangatlah bervariasi. Kekerasan tersebut dapat secara fisik, baik yang ringan maupun yang berat, bahkan dapat menimbulkan kematian pada korbannya dan psikis.
Dari hasil penyuntingan tersebut terlihat perubahan yang cukup berarti. Ada penambahan, ada pengurangan, ada penyelarasan, dan ada pula penajaman maksud. Ternyata dalam sebuah paragraf saja banyak bagian yang harus diubah dan diperbaiki, baik dari segi substansi ilmiah maupun aspek kebahasaannya. Hasil penyuntingan terasa lebih tajam, menukik, dan mudah dipahami oleh pembaca